Pendidikan Pancasila menjadi salah satu yang membedakan kurikulum merdeka dengan KTSP 2013. Pelajaran ini menghapus Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan alias PPKN.
Banyak kalangan menyebutkan, PPKn hanya berganti nama saja. Materi cakupannya hampir sama dengan Pendidikan Pancasila. Namun, tentu saja ada perbedaan yang signifikan dibalik pergantian nama. Hal yang akan dibahas lebih dalam pada artikel pendidikan kali ini secara lebih luas. Dengan demikian orang tua atau wali murid dapat membantu anak-anaknya dalam memahami materi pelajarannya.
Baca Juga: Pengalaman Menarik Guru Vicki Richardson Mengajar di Indonesia dan Perbedaannya dengan Australia
Tujuan dan Implementasi Pendidikan Pancasila
Setiap kurikulum dibuat untuk menghasilkan peserta didik yang lebih baik di masa depan. Pun Kurikulum Merdeka yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim dengan tagline Merdeka Belajar.
Mata pelajaran yang sebelumnya bernama PPKn dan pada masa Orde Baru disebut Pendidikan Moral Pancasila (PMP) ini berfokus pada dasar negara, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Jadi, Kurikulum Merdeka tidak sekadar mewujudkan tujuan negara ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ tetapi juga menjadikan generasi masa depan berkepribadian Pancasila.
Sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia, nilai-nilai dan karakter Pancasila seharusnya dimiliki dan dipahami untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Caranya bukan dengan menghafal Pancasila dan sejarahnya. Nadiem mengingingkan pembelajaran yang lebih menyenangkan.
“Implementasi Pendidikan Pancasila melalui Kurikulum Merdeka mengedepankan proses yang menyenangkan dan relevan sehingga anak-anak kita memahami cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Nadiem dikutip saat pencanangannya dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila pada tahun 2022.
Di sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi (PT) jam pelajaran Pendidikan Pancasila ditambah. menjadi 4 jam seminggu. Pembelajaran berbasis proyek dengan melibatkan siswa sebagai subjek diharapkan menjadikannya tidak lagi membosankan dengan guru-guru yang hanya terpaku menyampaikan materi sesuai buku.
Guru ditantang lebih kreatif dalam skema project based learning. Pelajatannya menjadi lebih kolaboratif dan konstektual alias kekinian. Bahkan, pelajaran menjadi acuan dan akan mempunyai rapor tersendiri.
Siswa tidak lagi merasa berat dengan pelajaran karena hafalan. Materi juga akan lebih ramping. Guru pun tidak lagi harus berfokus pada penuntasan materi. Hal ini sesuai dengan bingkai Kurikulum Merdeka yang mebih mengacu pada tingkat kemampuan siswa dibandingkan kelas.
Baca Juga: Merdeka Mengajar: Pengertian, Tujuan, dan Cara Akses Platformnya
Profil Pelajar Pancasila
Selain implementasi pelajaran yang lebih menyenangkan bagi ssiwa melalui proyek-proyek sesuai kebutuhan, Pendidikan Pancasila mengenal istilah baru, yakni Profil Pelajar Pancasila.
Profil yang dimaksud muncul pertama kali dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035. Selain itu, juga terdapat dalam Rencana Strtaegis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Profil Pelajar Pancasila ini dapat dikatakan sebagai tujuan atau kompetensi yang akan dihasilkan oleh Kurikulum Merdeka. Hal yang mencakup enam dimensi tidak terpisahkan. Pembelajaran harus memenuhi keenam tujuan tanpa terpisah atau diwujudkan satu-persatu.
Wujudnya tidak parsial, tetapi menyeluruh sehingga menghasilkan manusia Indonesia yang tidak berfokus pada kecerdasan kognitif. Sikap dan perilaku harus sesuai dengan identitas dan jati diri bangsa dengan tidak mengesampingkan kedudukannya sebagai warga global.
Keenam dimensi atau Profil Pelajar Pancasila tersebut, meliputi:
– Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
– Berkebhinekaan global.
– Bergotong royong
– Mandiri
– Bernalar kritis.
– Kreatif.
Secara mguenyeluruh, keberhasilan pembelajaran Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka bergantung kepada kreativitas guru dan siswa, dibantu orang tua di rumah. Keterkaitannya sangat penting karena satu individu saja tidak melaksanakan bagiannya, tujuan akhir tidak tercapai baik.